WINDOW DRESSING 2011 ?
''Kita harus siap-siap,''kata Bull kepada rekannya Bear.''Siap-siap untuk apa?'' sahut Bear. 'Lho......
https://sahampemenang.blogspot.com/2009/12/fenomena-window-dressing.html
''Kita harus siap-siap,''kata Bull kepada rekannya Bear.''Siap-siap untuk apa?'' sahut Bear. 'Lho...kamu ini bagaimana, apa tidak mengamati pasar sejak seminggu yang lalu?'' lanjut Bull.''Saya tahu, beberapa hari indeks naik terus,'' ujar Bear.'' Kan hebat. Kita jangan sampai tidak ikut pesta,'' papar Bull mencoba meyakinkan rekannya supaya segera ambil posisi beli.''Ya tapi ini masih berisiko. Pasar masih belum stabil. Saya lebih baik siap-siap jual daripada siap-siap beli,'' ungkap Bear.''Aaahhh...kamu ini bagaimana sih. Ini kan Desember, mau tutup tahun. Fund manager, perusahaan pengelola dana itu tidak mau portofolionya kelihatan jelek. Harus ada usaha memperbaiki portofolio menjelang tutup buku supaya rapornya tidak terlalu jeblok akibat krisis yang sedang dalam pemulihan sampai saat ini. Jadi kita harus .....>>>
beli sekarang, untuk jangka pendek saja,'' jelas Bull.''Ya..silahkan. Kalau saya jika IHSG naik, tetap ancang-ancang mau jual. Kalau Januari nanti turun beli lagi,'' ujar Bear.''Menurut saya jangan sia-siakan kesempatan yang hanya setahun sekali ini, apalagi dalam beberapa bulan ini portofolio kita tergerus terus. Ini kesempatan agar tutup tahun, buku portofolio kita lebih baik,'' papar Bull meyakinkan rekannya agar memanfaatkan momen window dressing yang tinggal kurang dari dua minggu lagi.Jika kita cermati dialog singkat di atas maka bisa dipahami sikap keduanya. Bull lebih memilih untuk ancang-ancang membeli saham memanfaatkan momen window dressing dengan harapan akan memperoleh capital gain. Tapi Bear lebih suka menjual saham jika memang ada kenaikan harga dengan alasan kenaikan itu bersifat sementara dan berpotensi akan turun kembali. Bull benar, tapi Bear tidak salah. Mereka memiliki argumentasinya sendiri.Di sinilah dinamika sebuah pasar. Ada pertemuan dua ekspektasi yang saling berlawanan. Di satu sisi ada pihak yang optimis dan karena itu bersedia membelanjakan uangnya, dan di sisi lain ada pihak yang pesimis sehingga lebih memilih melepas sahamnya...
beli sekarang, untuk jangka pendek saja,'' jelas Bull.''Ya..silahkan. Kalau saya jika IHSG naik, tetap ancang-ancang mau jual. Kalau Januari nanti turun beli lagi,'' ujar Bear.''Menurut saya jangan sia-siakan kesempatan yang hanya setahun sekali ini, apalagi dalam beberapa bulan ini portofolio kita tergerus terus. Ini kesempatan agar tutup tahun, buku portofolio kita lebih baik,'' papar Bull meyakinkan rekannya agar memanfaatkan momen window dressing yang tinggal kurang dari dua minggu lagi.Jika kita cermati dialog singkat di atas maka bisa dipahami sikap keduanya. Bull lebih memilih untuk ancang-ancang membeli saham memanfaatkan momen window dressing dengan harapan akan memperoleh capital gain. Tapi Bear lebih suka menjual saham jika memang ada kenaikan harga dengan alasan kenaikan itu bersifat sementara dan berpotensi akan turun kembali. Bull benar, tapi Bear tidak salah. Mereka memiliki argumentasinya sendiri.Di sinilah dinamika sebuah pasar. Ada pertemuan dua ekspektasi yang saling berlawanan. Di satu sisi ada pihak yang optimis dan karena itu bersedia membelanjakan uangnya, dan di sisi lain ada pihak yang pesimis sehingga lebih memilih melepas sahamnya...
*) sumber : republika online