IHSG 2012 ?
JAKARTA (IFT) – Kalangan analis pasar modal memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan berpotensi menguat 20% pada 2012 setelah Indonesia mend...
https://sahampemenang.blogspot.com/2011/12/ihsg-2012_29.html
JAKARTA (IFT) – Kalangan analis pasar modal memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan berpotensi menguat 20% pada 2012 setelah Indonesia mendapatkan peringkat layak investasi (investment grade). Indeks pada akhir 2012 diprediksi bisa mencapai 4.500 poin, apabila pada akhir 2011 Indeks ditutup pada level 3.800 poin.
Biasanya pemberian peringkat layak investasi dari satu lembaga pemeringkat memberi efek domino bagi pasar keuangan. Peringkat utang pada level layak investasi menandakan tingkat risiko investasi yang relatif aman.
PT Samuel Sekuritas Indonesia, dalam laporan riset yang dipublikasikan pertengahan Desember ini, memperkirakan perbaikan peringkat utang Indonesia dari Fitch Ratings belum cukup kuat mendorong penguatan Indeks jangka pendek. Dalam jangka menengah-panjang kenaikan peringkat ini akan berdampak positif, sebab aliran dana investasi asing diperkirakan akan lebih banyak mengalir ke Indonesia.
Fundamental perekonomian Indonesia pada 2012 diperkirakan masih solid, kendati perekonomian global melambat. Pemerintah dan sejumlah lembaga internasional memproyeksikan perekonomian Indonesia tumbuh sekitar 6,3%-6,7%.
Alfred Pakasi, Direktur Utama PT Vizbiz Consulting Group, mengatakan Indeks akan mengalami kenaikan bertahap pada Januari dan Februari mengikuti momentum kenaikan peringkat utang menjadi layak investasi. Aflred memperkirakan hingga akhir 2012 Indeks berpotensi menguat hingga 20%.
“Laju pertumbuhan Indeks akan lebih terbatas, tidak akan seperti 2009, karena adanya sentimen global khususnya pengaruh krisis utang Eropa,” kata Alfred.
Haryajid Ramelan, Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia, mengatakan kinerja bursa domestik merupakan salah satu yang terbaik di antara bursa-bursa negara berkembang (emerging markets) pada 2011. Peringkat utang Indonesia pada level BBB- yang ditetapkan Fitch Ratings akan menambah daya tarik bagi investor global untuk berinvestasi di Indonesia.
“Harapannya, lembaga pemeringkat yang lain akan memberikan status yang sama kepada Indonesia mengikuti Fitch Ratings yang sudah menetapkan peringkat Indonesia pada kategori layak investasi,” kata ...>>> Haryajid.
Fitch Ratings meningkatkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi pada pertengahan Desember 2011. Sejumlah kalangan memprediksi lembaga pemeringkat internasional yang lain, yakni Moody’s Investors Service dan Standard & Poor’s, akan menetapkan peringkat yang sama. Peringkat Indonesia yang ditetapkan Moody’s dan Standard & Poor’s saat ini tinggal satu notch di bawah kategori layak investasi.“Harapannya, lembaga pemeringkat yang lain akan memberikan status yang sama kepada Indonesia mengikuti Fitch Ratings yang sudah menetapkan peringkat Indonesia pada kategori layak investasi,” kata ...>>> Haryajid.
Biasanya pemberian peringkat layak investasi dari satu lembaga pemeringkat memberi efek domino bagi pasar keuangan. Peringkat utang pada level layak investasi menandakan tingkat risiko investasi yang relatif aman.
PT Samuel Sekuritas Indonesia, dalam laporan riset yang dipublikasikan pertengahan Desember ini, memperkirakan perbaikan peringkat utang Indonesia dari Fitch Ratings belum cukup kuat mendorong penguatan Indeks jangka pendek. Dalam jangka menengah-panjang kenaikan peringkat ini akan berdampak positif, sebab aliran dana investasi asing diperkirakan akan lebih banyak mengalir ke Indonesia.
Fundamental perekonomian Indonesia pada 2012 diperkirakan masih solid, kendati perekonomian global melambat. Pemerintah dan sejumlah lembaga internasional memproyeksikan perekonomian Indonesia tumbuh sekitar 6,3%-6,7%.
Alfred Pakasi, Direktur Utama PT Vizbiz Consulting Group, mengatakan Indeks akan mengalami kenaikan bertahap pada Januari dan Februari mengikuti momentum kenaikan peringkat utang menjadi layak investasi. Aflred memperkirakan hingga akhir 2012 Indeks berpotensi menguat hingga 20%.
“Laju pertumbuhan Indeks akan lebih terbatas, tidak akan seperti 2009, karena adanya sentimen global khususnya pengaruh krisis utang Eropa,” kata Alfred.
Sektor Riil
Alfred memprediksi Indeks pada akhir 2012 bisa mencapai level 4.500 poin. Penguatan Indeks tersebut juga akan ditopang oleh pertumbuhan sektor riil. Pertumbuhan sektor riil tersebut ditopang oleh masuknya foreign direct investment (FDI) ke sektor infrastruktur, terutama yang mengerjakan proyek-proyek pemerintah.
Namun, lanjut Alfred, kenaikan harga minyak dunia bisa mengganggu asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012. Apabila pada 2012 harga minyak melampaui US$ 100 per barel, pemerintah mungkin akan menaikkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) yang berpotensi meningkatkan inflasi domestik.
“Peluang harga minyak untuk naik ke atas US$ 100 per barel itu ada apabila krisis utang Eropa berhasil ditangani. Harga minyak berpeluang turun jika krisis utang Eropa terus menyebar,” kata Alfred.
Hingga 28 Desember, kinerja Indeks hanya naik 2,53% dibandingkan penutupan 2010. Kinerja Indeks tahun ini relatif rendah dibandingkan 2009 yang sempat menguat 86,98% dan 2010 yang menguat 46,13%. Namun pengaruh krisis global pada 2011 tidak separah krisis finansial global 2008 yang sempat membuat kinerja Indeks anjlok 50,64%.
Agustini Hamid, analis PT Recapital Indonesia, lebih optimistis dengan menetapkan target Indeks akhir 2012 pada level 5.000 poin atau menguat sekitar 31%. Faktor utama yang akan mempengaruhi penguatan Indeks pada 2012 adalah kondisi ekonomi Amerika Serikat.
Benny Hardiman Setiabrata, Direktur Utama PT Buana Capital, mengatakan ekonomi Indonesia termasuk yang paling atraktif di antara negara-negara lain di Asia. Ini diukur dari tingkat daya beli (purchasing power) masyarakat Indonesia yang terus meningkat, terutama setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga pada level 6%.
“Satu orang Indonesia bisa punya telepon seluler sampai dua atau tiga buah. Jalanan juga macet karena pertumbuhan penjualan mobil luar biasa. Artinya daya beli masyarakat Indonesia itu terus meningkat dan ini nilai positif bagi investor,” kata Benny.
Menurut Benny, krisis utang Eropa memberikan keuntungan untuk Indonesia karena tempat berinvestasi menjadi semakin terbatas. Penetepan rating layak investasi oleh lembaga pemeringkat internasional tidak hanya dilihat dari kondisi makro ekonomi saat ini, tetapi potensi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang dibandingkan negara-negara lainnya. (*) Sumber : IFT saham online
Alfred memprediksi Indeks pada akhir 2012 bisa mencapai level 4.500 poin. Penguatan Indeks tersebut juga akan ditopang oleh pertumbuhan sektor riil. Pertumbuhan sektor riil tersebut ditopang oleh masuknya foreign direct investment (FDI) ke sektor infrastruktur, terutama yang mengerjakan proyek-proyek pemerintah.
Namun, lanjut Alfred, kenaikan harga minyak dunia bisa mengganggu asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012. Apabila pada 2012 harga minyak melampaui US$ 100 per barel, pemerintah mungkin akan menaikkan harga jual bahan bakar minyak (BBM) yang berpotensi meningkatkan inflasi domestik.
“Peluang harga minyak untuk naik ke atas US$ 100 per barel itu ada apabila krisis utang Eropa berhasil ditangani. Harga minyak berpeluang turun jika krisis utang Eropa terus menyebar,” kata Alfred.
Hingga 28 Desember, kinerja Indeks hanya naik 2,53% dibandingkan penutupan 2010. Kinerja Indeks tahun ini relatif rendah dibandingkan 2009 yang sempat menguat 86,98% dan 2010 yang menguat 46,13%. Namun pengaruh krisis global pada 2011 tidak separah krisis finansial global 2008 yang sempat membuat kinerja Indeks anjlok 50,64%.
Agustini Hamid, analis PT Recapital Indonesia, lebih optimistis dengan menetapkan target Indeks akhir 2012 pada level 5.000 poin atau menguat sekitar 31%. Faktor utama yang akan mempengaruhi penguatan Indeks pada 2012 adalah kondisi ekonomi Amerika Serikat.
Benny Hardiman Setiabrata, Direktur Utama PT Buana Capital, mengatakan ekonomi Indonesia termasuk yang paling atraktif di antara negara-negara lain di Asia. Ini diukur dari tingkat daya beli (purchasing power) masyarakat Indonesia yang terus meningkat, terutama setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga pada level 6%.
“Satu orang Indonesia bisa punya telepon seluler sampai dua atau tiga buah. Jalanan juga macet karena pertumbuhan penjualan mobil luar biasa. Artinya daya beli masyarakat Indonesia itu terus meningkat dan ini nilai positif bagi investor,” kata Benny.
Menurut Benny, krisis utang Eropa memberikan keuntungan untuk Indonesia karena tempat berinvestasi menjadi semakin terbatas. Penetepan rating layak investasi oleh lembaga pemeringkat internasional tidak hanya dilihat dari kondisi makro ekonomi saat ini, tetapi potensi pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang dibandingkan negara-negara lainnya. (*) Sumber : IFT saham online