INDONESIA, ECONOMIC BUBBLE ?
JAKARTA: Bank Indonesia belum melihat indikasi kemungkinan adanya gelembung ekonomi dengan pencapaian peringkat layak investasi. Hal itu ber...
https://sahampemenang.blogspot.com/2011/12/indonesia-economic-bubble.html
JAKARTA: Bank Indonesia belum melihat indikasi kemungkinan adanya gelembung ekonomi dengan pencapaian peringkat layak investasi. Hal itu berkaca krisis 1998 saat meraih peringkat layak investasi justru terjadi gelembung ekonomi karena dana yang masuk dijadikan alat spekulasi.
Hal tersebut disampaikan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution saat ditanya mengenai pencapaian peringkat layak investasi (investment grade) dengan ancaman gelembung ekonomi (bubble economic) karena maraknya aliran modal, sore ini.
Dia menjelaskan peristiwa krisis 1998 terjadi bukan hanya soal mandeknya dana pada portofolio, tetapi ...>>
kompleksitas masalah dalam sistem keuangan. Satu sisi, lanjutnya, pembangunan infrastruktur terhambat.
Dengan adanya krisis itu 1998, lanjutnya, pembangunan infrastruktur ditahan karena proses pemulihan untuk menjaga disiplin fiskal. Namun, ungkapnya, saat pembangunan infrastruktur dipacu penyerapan anggaran sangat kecil.
“Barangkali kita sebagai bangsa tidak terlalu banyak melakukan pembangunan infrastruktur. Tapi itu untuk menjaga displin fiskal agar defisit anggarannya jangan besar. Satu sisi, infrastruktur dari dulu didesak walaupun pencairan anggaran nggak cepet juga,” tuturnya.
Namun, paparnya, dengan kondisi disiplin itu justru membuahkan hasil, karena meraih peringkat layak investasi. Hal itu, sambungnya, berbeda dengan pencapaian sejumlah negara maju yang harus menangguk hutang dan membuat defisit anggaran terlalu besar.
Dengan melihat kondisi itu, Darmin tidak melihat ada hubungan situasi 1998 akan terulang pada saat ini. Pasalnya sikap disiplin dan kehati-hatian perbankan membuat kondisi lebih baik pada saat ini.
“Saya tidak melihat kalau ada hubungkan situasi 1998 dengan sekarang. Kita justru dalam situasi disiplin fiskal bagus sekarang ini. Perbankan juga nggak kaya dulu jor-joran mark up. Yang diperlukan berapa yang dipinjam lebih dari itu. Kredit sebagian isinya angin. Itu yang kemudan kita bayar dalam krisis 1998.” (Bsi) Berita Saham Online Bisnis Indonesia
Hal tersebut disampaikan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution saat ditanya mengenai pencapaian peringkat layak investasi (investment grade) dengan ancaman gelembung ekonomi (bubble economic) karena maraknya aliran modal, sore ini.
Dia menjelaskan peristiwa krisis 1998 terjadi bukan hanya soal mandeknya dana pada portofolio, tetapi ...>>
kompleksitas masalah dalam sistem keuangan. Satu sisi, lanjutnya, pembangunan infrastruktur terhambat.
Dengan adanya krisis itu 1998, lanjutnya, pembangunan infrastruktur ditahan karena proses pemulihan untuk menjaga disiplin fiskal. Namun, ungkapnya, saat pembangunan infrastruktur dipacu penyerapan anggaran sangat kecil.
“Barangkali kita sebagai bangsa tidak terlalu banyak melakukan pembangunan infrastruktur. Tapi itu untuk menjaga displin fiskal agar defisit anggarannya jangan besar. Satu sisi, infrastruktur dari dulu didesak walaupun pencairan anggaran nggak cepet juga,” tuturnya.
Namun, paparnya, dengan kondisi disiplin itu justru membuahkan hasil, karena meraih peringkat layak investasi. Hal itu, sambungnya, berbeda dengan pencapaian sejumlah negara maju yang harus menangguk hutang dan membuat defisit anggaran terlalu besar.
Dengan melihat kondisi itu, Darmin tidak melihat ada hubungan situasi 1998 akan terulang pada saat ini. Pasalnya sikap disiplin dan kehati-hatian perbankan membuat kondisi lebih baik pada saat ini.
“Saya tidak melihat kalau ada hubungkan situasi 1998 dengan sekarang. Kita justru dalam situasi disiplin fiskal bagus sekarang ini. Perbankan juga nggak kaya dulu jor-joran mark up. Yang diperlukan berapa yang dipinjam lebih dari itu. Kredit sebagian isinya angin. Itu yang kemudan kita bayar dalam krisis 1998.” (Bsi) Berita Saham Online Bisnis Indonesia