INFLASI SEPTEMBER HANYA 0,09%

Jakarta 1 November 2013, Setelah sempat mengalami deflasi 0,35% pada September lalu dan mencapai surplus neraca perdagangan sebesar 132,4 j...

Jakarta 1 November 2013, Setelah sempat mengalami deflasi 0,35% pada September lalu dan mencapai surplus neraca perdagangan sebesar 132,4 juta dollar AS pada Agustus lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan bahwa pada Oktober 2013 terjadi inflasi sebesar 0,09% sementara neraca perdagangan September 2013 kembali mengalami defisit sebesar 660 juta dollar AS.
Kepala BPS Dr. Suryamin menjelaskan, inflasi Oktober terjadi karena adanya kenaikan harga beberapa kelompok pengeluaran, seperti kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 0,55%; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,26%; kelompok kesehatan 0,33%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,31%; dan
kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan 0,53%. Sedangkan kelompol pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan 0,62%, dan kelompok sandang 0,56%.
“Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Oktober 2013 antara lain: cabai merah, tarif angkutan udara, jeruk, rokok kretek filter, bensin, beras, tarif kontrak
rumah, uang kuliah akademi/PT, dan mobil,” jelas Suryamin dalam konperensi pers di kantor BPS Jakarta, Jumat (1/11) pagi.
Dengan inflasi 0,09% itu, menurut Suryamin, tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Oktober 2013) kini mencapai 7,66%, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2012 lalu yang mencapai
8,32%.
Menurut Suryamin, sepanjang Oktober 2013, inflasi tertinggi terjadi di Sibolga (1,25%) dan terendah di Samarinda (0,04%). Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Ambon (3,82%), dan terendah terjadi di Watampone (0,02%).
Defisit Perdagangan
Adapun mengenai neraca perdagangan, Suryamin menjelaskan, nilai ekspor Indonesia pada September 2013 mencapai 14,81 miliar dollar AS atau naik 13,19% dibanding Agustus 2013 sebesar 13,16 miliar dollar AS. Namun kenaikan ini juga diikuti dengan
kenaikan impor sebesar 18,86%, dari 13,03 miliar dollar AS pada Agustus 2013 menjadi 15,47 miliar dollar AS pada September 2013. Dengan demikian, sepanjang September 2013 terjadi defisit perdagangan sebesar 660 juta dollar AS.
Menurut Suryamin, peningkatan ekspor pada September 2013 terutarama didorong oleh meningkatnya nilai ekspor non migas sebesar 18,63%, dari 10,362 miliar dollar AS menjadi 12,293 miliar dollar AS. Sebaliknya ekspor migas turun 7,52%, dari 2,720 miliar dollar AS menjadi 2,515 miliar dollar AS.
“Penurunan ekspor migas disebabkan menurunnya ekspor hasil minyak sebesar 8,82% menjadi 340,7 juta dollar AS dan ekspor gas sebesar 14,50% menjadi 1,191 miliar dollar AS,” papar Suryamin, sembari menyebutkan ekspor minyak mentah naik 3,19% menjadi
983,5 juta dollar AS.
Sedangkan peningkatan ekspor nonmigas terutama didukung oleh peningkatan lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 351,2 juta dollar AS, sedangkan penurunan terbesar 121 juta dollar AS.
Adapun menurut negara tujuan, ekspor nonmigas ke China, Jepang dan Amerika Serikat sepanjang
September 2013 masih yang terbesar, masing-masing mencapai 1,621 miliar dollar AS, 1,386 miliar dollar AS, dan 1,295 miliar dollar AS.
Hingga Januari – September 2013, jelas Suryamin, China merupakan negara tujuan
ekspor terbesar Indonesia dengan nilai 14,871 miliar dollar AS, disusul Jepang dengan 11,974 miliar dollar AS, dan Amerika Serikat sebesar 11,288 miliar dollar AS.
Adapun nilai impor September 2013 sebesar 15,47 miliar dollar AS atau naik 18,86% dibanding Agustus 2013 (13,03 miliar dollar AS). Meningkatnya nilai impor ini, menurut
Suryamin, lebih disebabkan oleh peningkatan nilai impor nonmigas sebesar 2,456 miliar dollar AS (26,30%). Sebaliknya nilai impor migas menurun tipis sebesar 2,2 juta dollar AS (0,06%).
“Penurunan impor migas dipicu oleh turunnya nilai impor hasil minyak sebesar 215,6 juta dollar AS (8,87%), walaupun impor minyak mentah dan gas meningkat sebesar 206,7 juta dollar AS (20,88%) dan 6,7 juta dollar AS (2,67%),” papar Suryamin.
Kepala BPS itu memaparkan, secara kumulatif nilai impor Januari – September 2013 mencapai 140,31 miliar dollar AS atau turun 1,17% jika dibanding periode yang sama tahun 2012. Penurunan tersebut dipicu oleh turunnya impor non migas sebesar 4,293 miliar dollar AS atau 3,87%, sementara impor migas mengalami peningkatan sebesar 2,633 miliar dollar AS (8,51%).
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar ke Indonesia selama periode September 2013 adalah China dengan nilai 2,76 miliar dollar AS (23,39%), Jepang 1,51 miliar dollar AS (12,84%), dan Singapura 0,88 miliar dollar AS (7,50%).
Meski volume perdagangan mengalami defisit sebesar 660 juta dollar AS, menurut Kepala BPS Suryamin, dari sisi volume perdagangan terjadi surplus sebesar 46,67 juta ton. “Defisit perdagangan tersebut disebabkan defisit komoditi migas sebesar 1,15 miliar dollar AS, sedangkan komoditi nonmigas surplus 0,49 miliar dollar AS,” jelas Suryamin.
Ia juga menyebutkan, surplus volume perdagangan yang terjadi di September 2013 lebih besar daripada Agustus 2013 atau naik 8,16%. (ES)


Related

Analisa Sahampemenang 1281749392995587790
Powered by Investing.com

TELEGRAM SAHAMPEMENANG

SAHAMPEMENANG PREMIUM

CNN Indonesia | Berita Ekonomi

Suara.com - Berita Terbaru Bisnis

Finansial - ANTARA News

okezone bisnis

Ekonomi - VoA

BUMN Untuk Indonesia - ANTARA News

Tempo Bisnis

Liputan Ekonomi VOA

Bursa - ANTARA News

Bisnis - ANTARA News

Ekonomi - ANTARA News

Berita Terkini - ANTARA News


item