BI RATE TETAP 7,5%

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Desember 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 7,50%, dengan suku bun...

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 12 Desember 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Kebijakan tersebut dinilai konsisten dengan upaya mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 serta mengendalikan defisit transaksi berjalan menurun ke tingkat yang lebih sehat dan berkesinambungan. Bank Indonesia juga memperkuat pendalaman pasar uang Rupiah dan valas dengan mengimplementasikan mini Master Repo Agreement antar sejumlah bank serta memperluas cakupan swap lindung nilai jangka menengah dan panjang antara Bank dengan Bank Indonesia. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati sejumlah risiko, termasuk ketidakpastian ekonomi global yang dapat kembali meningkat. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, termasuk kebijakan untuk memperbaiki struktur ekonomi.
Bank Indonesia menilai ekonomi global pada November 2013 cenderung membaik sesuai prakiraan, meskipun beberapa ketidakpastian perlu terus mendapat perhatian. Perekonomian negara-negara maju seperti AS, Eropa dan Jepang
mengindikasikan perkembangan yang positif. Perbaikan juga ditunjukkan oleh indikator ekonomi negara-negara emerging markets, seperti China dan India. Namun demikian, Bank
Indonesia terus mencermati kecenderungan pergeseran pola perkembangan ekonomi global, yang ditandai melambatnya ekonomi negara berkembang dan menguatnya ekonomi negara maju, serta prakiraan berakhirnya siklus peningkatan harga komoditas dunia. Bank Indonesia juga tetap mewaspadai rencana tapering-off the Fed dan akan memperkuat respons kebijakan yang telah ditempuh selama ini. Pergeseran pola ekonomi dan keuangan global tersebut perlu dicermati karena dapat memberi tekanan kepada kinerja sektor eksternal ekonomi Indonesia, baik melalui jalur perdagangan maupun jalur finansial.
Pertumbuhan ekonomi domestik masih berada dalam tren melambat pada triwulan IV-2013.Perlambatan ekonomi terutama bersumber dari kegiatan investasi yang melemah, terutama pada investasi nonbangunan. Sementara itu, perlambatan kegiatan konsumsi diperkirakan tertahan oleh meningkatnya pengeluaran terkait persiapan pemilu dan realisasi belanja pemerintah. Bank Indonesia menilai tren perlambatan ekonomi domestik sejalan dengan arah kebijakan stabilisasi Pemerintah dan Bank Indonesia dalam membawa pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 masih dalam kisaran proyeksi sebelumnya di 5,5-5,9%. Untuk 2014, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sehingga berada pada batas bawah kisaran 5,8-6,2%. Perkiraan ini sejalan proses konsolidasi ekonomi dalam merespons berbagai perkembangan ekonomi global dan domestik.
Di sisi eksternal, beberapa perkembangan mengindikasikan berlanjutnya perbaikan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2013. Perbaikan NPI ditopang oleh menyempitnya defisit Transaksi Berjalan seiring dengan perbaikan pada neraca perdagangan yang kembali mencatat surplus pada Oktober 2013. Selain itu, aliran masuk modal asing baik dari investasi langsung maupun investasi portofolio diperkirakan masih mencatat surplus yang meningkat sehingga memadai untuk membiayai defisit transaksi berjalan. Cadangan devisa pada akhir November 2013 sebesar 97,0 miliar dolar AS atau setara dengan 5,3 bulan impor dan pembayaran Utang Luar Negeri pemerintah, di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Nilai tukar rupiah pada bulan November 2013 masih dalam tekanan. Secara point to point, nilai tukar rupiah melemah sebesar 5,77% (mtm) menjadi Rp11.963 per dolar AS atau secara rata-rata melemah 2,42% (mtm) menjadi Rp11.624 per dolar AS. Pelemahan nilai tukar tersebut terutama dipicu sentimen negatif pelaku pasar terhadap rencana
pengurangan stimulus moneter AS (tapering-off) serta pengaruh defisit transaksi berjalan Indonesia. Bank Indonesia menilai pelemahan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang negara-negara kawasan. Ke depan, Bank Indonesia akan terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya sehingga dapat mendukung penyesuaian ekonomi secara terkendali.
Inflasi pada bulan November 2013 tetap terkendali dan masih dalam tren yang menurun. IHK November 2013 tercatat sebesar 0,12% (mtm) atau 8,37% (yoy). Meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Oktober 2013 sebesar 0,09% (mtm), inflasi November 2013 lebih rendah dibandingkan dengan pola historisnya dalam lima tahun terakhir. Inflasi yang rendah didukung oleh koreksi harga pada kelompok volatile food dan melambatnya inflasi inti akibat perkembangan harga global yang cenderung rendah. Bank Indonesia memprakirakan inflasi keseluruhan tahun 2013 dapat lebih rendah dari 8,5% dan terus menurun dalam kisaran target 4,5±1% pada tahun 2014.
Stabilitas sistem keuangan terjaga, dengan dukungan ketahanan industri perbankan yang solid. Rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) tetap tinggi mencapai 18,4%, jauh di atas ketentuan minimum 8%, sedangkan rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) tetap rendah sebesar 1,91% pada bulan Oktober 2013. Ketahanan perbankan yang masih terjaga ini cukup positif di tengah kondisi penyaluran kredit yang melambat. Pertumbuhan kredit pada bulan Oktober 2013 tercatat sebesar 22,2% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 23,1% (yoy). Bank Indonesia menilai perlambatan kredit tersebut sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dan pengaruh kenaikan suku bunga domestik. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati stabilitas sistem keuangan termasuk ketahanan industri perbankan sehingga tetap kuat dalam mendukung proses penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih seimbang dan sehat.
Jakarta, 12 Desember 2013, Departemen Komunikasi-Bank Indonesia

Related

Data Saham Indonesia 6065282938095522061
Powered by Investing.com

TELEGRAM SAHAMPEMENANG

SAHAMPEMENANG PREMIUM

CNN Indonesia | Berita Ekonomi

Suara.com - Berita Terbaru Bisnis

Finansial - ANTARA News

okezone bisnis

Ekonomi - VoA

BUMN Untuk Indonesia - ANTARA News

Tempo Bisnis

Liputan Ekonomi VOA

Bursa - ANTARA News

Bisnis - ANTARA News

Ekonomi - ANTARA News

Berita Terkini - ANTARA News


item