JANGAN JADI BANGSA YANG LEMAH DAN MANJA

Catatan sahampemenang :  Andaikata P Jokowi berpikir jangka pendek, beliau akan memilih menaikan suku bunga, intervensi masif...





Catatan sahampemenang

Andaikata P Jokowi berpikir jangka pendek, beliau akan memilih menaikan suku bunga, intervensi masif untuk memperkuat rupiah, mensubsidi bbm, mengurangi pajak atau bila perlu bagikan bantuan tunai pada 250 jt rakyatnya. Kalau itu yang beliau lakukan, maka sebagian besar rakyat akan mengelu-elukan presidennya. Tapi untuk apa ?? Negara kehabisan daya dan tanpa bisa membangun apa-apa ! Negara parkir ditempat dan selamanya menjadi hamba negara lain !

Dewasa ini kita semua mengetahui bahwa dua mata uang kuat dunia selalu bertikai dalam porsinya sendiri, sebutlah China dengan Yuan-nya dan Amerika Dengan US Dollar-nya, dua-duanya ini kalau boleh saya ibaratkan sudah seperti Lintah dan Nyamuk yang saling

menghisap darah masing-masing dan negara lain sesuai kadar kekuatanya.
China dewasa ini memang unggul sebagai Lintah dia menyerap darah lebih banyak daripada Amerika atau Nyamuk, dengan strategi pegging-nya (manipulasi nilai mata uang) dan perkembangan Industri dalam negri-nya. Logika sederhananya kan apabila trade (perdagangan) China ini surplus seperti sekarang ini tentu saja demand (permintaan) akan Yuan pun meningkat, yang akan membuat kurs Yuan pun naik. Terus akan timbul pertanyaan,
Kalau begitu kenapa China berani melakukan pergeseran penggunaan mata uang mereka dari US Dollar ke Yuan dalam transaksi Internasional mereka, apa China tidak takut nilai mata uangnya naik dan produknya menjadi tidak kompetitif di pasar ?
Seperti yang sudah beberapa kali saya tulis di artikel saya yang lain bahwa China ini memang cerdik dalam berbisnis, Dengan strategi mematok rendah mata uangnya tersebut, China malah terus mencetak mata uang Yuan-nya semakin banyak, tetapi itu banyak
mereka pakai untuk beli Dollar Amerika beserta berbagai T (surat hutang) Amerika yang diterbitkan, jadi dengan kata lain China memang sengaja membanjiri pasar Global dengan Yuan, dan di sisi lain mereka membuat demand akan Dollar semakin tinggi, ini dilakukan dengan tujuan untuk mengimbangi menguatnya Yuan.
Dalam hal ini China menyerap darah seperti lintah sangat banyak sekali, Dan tentu saja Amerika merasa sangat dirugikan dengan strategi itu, karena ketika US Dollar meningkat otomatis Surat hutang Amerika tadi juga akan ikut naik harganya, semisal sebelumnya China membeli surat hutang Amerika dengan kurs 1 US Dollar = 50 Yuan, karena demand dollar meningkat dan kurs Dollar menjadi 1 US Dollar =100 Yuan, udah jelas untung banyak China dengan keadaan itu, sementara di sisi lain ketika Dollar menguat harganya daripada Yuan, barang China juga akan lebih mudah masuk dan membanjiri pasar Amerika, dan itu bila dibiarkan akan merusak Industri dalam negri Amerika.
Inilah yang membuat Amerika terus mengintervensi China untuk tidak mematok mata uang-nya rendah, karena Amerika sangat dirugikan di dua sisi oleh china dengan keadaan ini. Jadi meskipun dia mematok rendah mata uangnya terhadap US Dollar, dan mulai menggunakan mata uang lain dalam perdagangan Internasionalnya, pada kenyataanya kurs Yuan tidak akan menguat terhadap dollar, dan pada akhirnya China akan semakin banyak menumpuk US Dollar di negaranya, sementara Amerika semakin banyak hutang-nya kepada China, dan China sendiri malah berusaha terus menumpuk Emasnya sebagai cadangan Devisa. Trend inilah yang banyak menjadi acuan prediksi bahwa Yuan kedepanya akan segera menggeser Dollar sebagai mata uang Internasional meskipun itu masih panjang waktu dan perjalananya, selain itu juga melihat perkembangan negara-negara maju yang mulai beralih haluan dalam hal penggunaan mata uang dalam perdagangan bebasnya.
Yah seperti pepatah yang mengatakan bahwa setiap uang yang ada di dunia ini adalah kredit alias hutang karena dewasa ini mencetak uang tidak perlu harus sesuai dengan cadangan emasnya, demikian juga dengan cara Amerika mengatasi permasalahan ekonominya, mereka sudah mencetak secara modern (quantitative easing) Milliyaran US Dollar ke seluruh dunia melalui berbagai macam cara, pasar modal, fenomena Uang Elektronik (cashless), cadangan US Dollar Devisa tiap negara, dll.
Dengan inilah yang namanya inflasi ini akan menjadi penghisap darah yang tercanggih di dunia modern ini, dimana sang pemilik uang yang dihisap darahnya tidak menyadari, bahwa ada nilai yang hilang sebenarnya dari nominal uang yang tampak tetap tersebut, Jadi si zaman ini jika ingin menghancurkan negara lawan sudah tidak perlu menggunakan senjata atau perang, melainkan dengan senjata ekonomi.
Kembali ke Amerika tadi, secara teori ekonomi dalam keadaan defisit seperti ini selain terus mengintervensi mata uang China tadi, Amerika harusnya juga mengurangi ekspor Minyak mereka baik yang bentuk crude maupun refenery, karena ini akan membawa Dollar kembali ke Amerika dan membawa inflasi. Tetapi karena dewasa ini Amerika juga sedang gengsi ’secara politik’ dengan Iran, dan tidak rela jika Iran memasok banyak negara, akhirnya Amerika pun memaksa diri mereka untuk terus mengekspor minyak tersebut, semua keadaan ini terus dimanfaatkan oleh China dengan baik, sehingga membuat China lebih terlihat seperti Lintah daripada Amerika yang seperti Nyamuk.
Semua memang kembali ke Amerika sendiri, jika Amerika tidak bisa mempertahankan reserve currency-nya dan gagal menjaga negara-negara lain untuk tidak menggunakan mata uang lain selain Dollar, bisa dipastikan kedepanya sekuat apapun Amerika US Dollar-nya akan segera bersaing secara ketat dengan Dollar Zimbabwe.
Memang fundamental ekonomi Amerika is too big to fail, yups sangatlah besar untuk hancur. Bahkan intervensi dari negara sekelas Rusia pun belum tentu menggoyang posisi Amerika, malah banyak pakar yang berpendapat Rusia sangat bodoh sekali dengan pengharaman Dollar tersebut, tetapi bukankah Rusia punya senjata penting dalam permasalahan ini, yaitu pasokan gas alam-nya yang masih terbesar. Memang sih dalam awalnya pasti ada gejolak ekonomi dalam negara tersebut jika masih tetap ngotot tidak mau menggunakan dollar dalam trade-nya, tetapi semua itu pasti membawa efek posistive dan negative tentunya, toh Rusia juga beda karakter dengan Amerika, dimana ketergantungan terhadap credit card dan sejenisnya tidak sebesar di Amerika. Jadi andai Dollar memang tidak dipergunakan lagi oleh Russia yang ada hanya efek jangka pendek saja menurut saya, dan itu kedepanya akan membawa kebaikan bagi negaranya sendiri.
Malah negara-negara Eropa lah yang seharusnya lebih condong kepada Rusia daripada ke Amerika, kan ada pepatahnya tuh, kalau mau menguasai Eropa lebih baik menyerang Rusia terlebih dahulu, karena jantung Eropa ada di saluran pipa gas Rusia. Jika saluran itu ditutup dapat dipastikan duapertiga Eropa akan lumpuh dan mengalami kedinginan.
Terkesan juga dengan langkah Rusia yang berusaha lepas dari cengkraman Dollar tersebut, meskipun akan terjadi guncangan ekonomi yang berat di awalnya, tetapi kebaikan ekonomi masa depan akan mereka raih, toh setidaknya Rusia lebih berani berinisiatif ketimbang negara Indonesia ini, yang terkesan hanya memilih untuk pasrah menghadapi keadaan seperti ini, tanpa berusaha untuk lebih membentengi diri dari negara-negara penghisap tersebut, jika memang belum mampu berinisiator seperti China dan Rusia.
Di akhir kalimat, harapanya semoga Indonesia kedepanya dengan pemimpin barunya bisa lebih baik dalam membentengi negara ini dari taring negara-negara penghisap darah tersebut, karena memang dalam kenyataanya Indonesia masih butuh waktu untuk berkembang dan menjadi maju seperti China, tapi setidaknya Indonesia harus tetap berusaha.
-Dhita Arinanda-

Related

Catatan Sahampemenang 4349834618088825040
Powered by Investing.com

TELEGRAM SAHAMPEMENANG

SAHAMPEMENANG PREMIUM

CNN Indonesia | Berita Ekonomi

Suara.com - Berita Terbaru Bisnis

Finansial - ANTARA News

okezone bisnis

Ekonomi - VoA

BUMN Untuk Indonesia - ANTARA News

Tempo Bisnis

Liputan Ekonomi VOA

Bursa - ANTARA News

Bisnis - ANTARA News

Ekonomi - ANTARA News

Berita Terkini - ANTARA News


item