PETER BUFFETT : KAMI SANGKA AYAH ANALIS KEAMANAN
PETER BUFFETT Kami sangka Ayah analis sistem alarm keamanan Peter Buffett adalah bungsu dari tiga bersaud...
https://sahampemenang.blogspot.com/2016/03/peter-buffett-kami-sangka-ayah-analis.html
PETER BUFFETT
Kami sangka Ayah analis sistem alarm keamanan
Peter Buffett adalah bungsu dari tiga bersaudara keturunan Warren Buffett. Masyarakat kerap terkejut saat Peter mengungkapkan bahwa dia adalah salah seorang anak dari miliuner terkaya ketiga dunia itu.
"Mereka kerap mengatakan, kau tampak biasa-biasa saja," ujar Peter seperti dilansir dari Business Insider, Minggu (6/12).
Hidup sederhana atau 'biasa-biasa' saja yang kerap dilontarkan oleh masyarakat, menurutnya, memang menjadi hal yang sangat ditekankan oleh ayahnya selama membesarkan dirinya.
"Saya dibesarkan dengan tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh ayah untuk hidup. Semuanya sangat misterius," tuturnya.
Dia bercerita, pernah suatu kali kakak perempuannya harus mengisi formulirnya saat sekolah kelas empat atau lima. Kakak perempuannya mengisi pada kolom pekerjaan orang tua hanya dengan kalimat analis keamanan. Dia berasumsi bahwa ayahnya bekerja mengawasi sistem alarm keamanan.
"Bagi seorang anak kecil, sangat terdengar asing saat mendengar istilah New York Stock Exchange, penjualan, pembelian. Ayah tidak pernah menjelaskan detail, jadi kami benar-benar tidak begitu mengetahui apa yang dia kerjakan," ujar pria yang kini berprofesi sebagai pemusik dan penulis tersebut.
Keseharian keluarganya pun sebagaimana mungkin diupayakan normal dan sederhana. "Saya disuruh berjalan jika ingin pergi sekolah. Guru saya pun sama seperti ibu saya dulu," jelasnya.
Peter baru betul-betul memahami apa yang ayahnya lakukan saat berumur 25 tahun. "Masa kecil dan remaja kami jauh dari kehidupan bergelimang harta," ucapnya.
Warren Buffett memang terkenal membumi. Dia tetap tinggal di rumah seharga USD 31.500 atau setara Rp 436,1 juta dan memilih menggunakan sambungan telepon jadul dibanding yang serba canggih saat ini
Warren juga lebih memilih menghabiskan waktunya dengan membaca. "Jika Anda datang berkunjung ke rumah, Anda tidak menemukan perbedaan kehidupan dengan sewaktu tahun 1965. Ayah adalah seorang yang amat konsisten. Dan itu sangat mengagumkan," tutupnya.
Sumber : merdeka.com