BANGUN IBUKOTA BARU DENGAN DANA ABADI RI-UEA

Bisnis.com , JAKARTA - Pemerintah mengupayakan beragam alternatif pembiayaan pembangunan Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur yang membutuh...


Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengupayakan beragam alternatif pembiayaan pembangunan Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur yang membutuhkan lebih dari Rp400 triliun. Salah satunya dengan skema dana abadi antara Indonesia-Uni Emirat Arab.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan mengatakan pemerintah sedang menggodok skema agar dana abadi atau sovereign wealth fund bentukan Indonesia dan Uni Emirat Arab dapat digunakan membangun infrastruktur ibu kota baru.
"Kemarin Presiden [Joko Widodo] sudah kasih arahan. Nanti Bu Ani [Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati] besok minggu depan itu akan datang timnya kemari, nanti ketemu dengan tim kami. Kemudian ketemu dengan Bu Ani, nanti kita finalisasi, Bu Ani nanti akan ke Abu Dhabi untuk finalisasi," kata Luhut saat ditemui di kantornya, Jumat (4/10/2019) malam.
Kalau itu jadi, kata dia, maka itu akan menjadi seperti private equity milik pemerintah. Ekuitas ini dapat digunakan untuk investasi pembangunan, terutama pembangunan infrastruktur.
"Jadi pemerintah chip in nanti, mungkin brownfield project yang sudah ada, mereka taruh uang," ujarnya.
Selain dengan UEA, kata dia, dana abadi juga sedang diupayakan bersama Amerika Serikat, yaitu oleh lembaga Internasional Development Finance Corporation.
"Sehingga itu nanti bisa seperti equity bisa seperti juga cadangan nasional. Bisa juga nanti untuk membangun ibu kota. Jadi infrastruktur project kan banyak yang mau masuk. Dengan begitu akan banyak sekali mengurangi APBN kita, mempercepat prosesnya," ujar dia.
Pembahasan itu, kata dia, akan dilakukan pekan depan dengan CEO IDFC Adam Boehler. Menurutnya, skema pembiayaan proyek infrastruktur melalui dana abadi bukan barang baru di dunia. Sejumlah, negara, kata dia, sudah mengimplementasikan konsep tersebut.
Dia juga yakin penggunaan dana abadi untuk pembangunan infrastruktur, tidak akan mengalami masalah ke depan. Adapun dia berharap dapat menggunakan dana sekitar US$10 miliar hingga US$20 miliar dari skema itu.
"Bisa lebih tergantung nanti bagaimana kita ini dipercaya, saya kira Indonesia pasti dipercaya lah, katakanlah kita punya 30 miliar di situ, ya sama aja menambah cadangan devisa kita," kata Luhut Pandjaitan.

Related

ACST LAYAK INVESTASI posting ulang

sahabat investor, dapatkan broadcast tentang saham : rekomendasi, pembelajaran, info perkembangan pasar, dan inspirasi pemenang. free dari telegram sahampemenang  t.me/sahampemenang

KB konstruksi bumn

kb (konstruksi bumn) sektor potensial gunakan peluang2 konsolidasi untuk akumulasi, bukan saat terbang baru tergoda kejarrr sahabat investor, dapatkan broadcast tentang saham : rekome...

NPI 2019 AKAN MEMBAIK

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta - Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2018 mengalami surplus sehingga menopang ketahanan sektor eksternal. Setelah pada triwulan sebelumny...

Older Post DIRGAHAYU TNI
Newer Post HOPE
Powered by Investing.com

TELEGRAM SAHAMPEMENANG

SAHAMPEMENANG PREMIUM

terpopulerTerbaruAcak

Terbaru

CATATAN SAHAM PEMENANG

18) SESUAIKAN LAYAR        dengan arah angin sektor berotasi tidak hy mengacu seasonalitas, tetapi yang terutama korelasi intermarket analisa korelasi intermarket adala...

CATATAN SAHAM PEMENANG

19) NABUNG SAHAM        tidak terprovokasi bandar belajarlah dari buffett. beliau bukan hanya guru yang baik di pasar saham, tetapi juga di pasar kehidupan. hidup sederh...

TELEGRAM SAHAM PEMENANG

free. sahabat pemenang bisa dapatkan rekomendasi, edukasi, dan inspirasi dengan paradigma pemenang. hanya dengan bergabung di telegram t.me/sahampemenangSAHAMPEMENANG FOKUS PADA CHANNEL TELEGRAM&...

CATATAN SAHAM PEMENANG

26) INVESTOR        kiper bukan striker hampir semua investor kakap global menerapkan metodologi investasi yang nyaris sama. akumulasi saham sehat potensial yang terdisk...

CATATAN SAHAM PEMENANG

25) PEMENANG        runtuhkan tembok belenggu belenggu terbesar adalah kekuatiran berlebihan. orang yg kuatir memasang pintu berlapis-lapis. ketika yang dikuatirkan tida...

CATATAN SAHAM PEMENANG

20) HARAPAN        pintu melihat peluang pribadi optimis selalu melihat harapan pada kesulitan, mempunyai jawaban atas pertanyaan. sedangkan yang pesimis justru melihat ...

CATATAN SAHAM PEMENANG

15) KESABARAN        guru terbaik bursa kita kembali beranomali dengan pasar global dan regional. keraguan pada fundamental ekonomi nasional dan kesungguhan perjanjian d...

CATATAN SAHAM PEMENANG

15) RISE OPTIMISTICALLY        in togetherness setelah suppersupport 6750 setia membentengi, jika tensi geopolitik timteng reda terjaga maka bei berpotensi menuju psycho...

Acak

MENANTI PERHENTIAN SAHAM IMAS

SAHAM PEMENANG : AKUMULASI SAHAM IMAS DI 4900-5100 Rekomendasi saham 10 Oktober 2012 :  Performa fundamental saham IMAS masih cukup baik. Tekanan pada saham INDOMOBIL ini dipredik...

TARGET MODERAT IHSG TETAP 4500-4750

SAHAM PEMENANG : ARSIP POSTING 2 JANUARI 2012 TARGET MODERAT IHSG TETAP 4500-4750

MEMO KOMUNITAS

UNTUK MEMBERS KOMUNITAS INVESTORPEMENANG YM KOMUNITAS LAGI TROUBLE. SEMENTARA UPDATE REKOMEN VIA TWITTER @TWITTPEMENANG. 

PELUANG AKUMULAS DI SAHAM RALS

SAHAM PEMENANG : PELUANG AKUMULASI DI SAHAM RALS Rekomendasi saham 9 Oktober 2012. Setelah pullcak dari soft target 1090, kini saham RALS memberi peluang lagi untuk DIAKUMULASI dengan to...

SOLUSI SBY UNTUK KPK VS POLRI

JAKARTA. Kontan, 8 Oktober 2012. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya memberikan pendapatnya tentang perselisihan institusi hukum Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Polri. Menyik...

SAHAM JSMR BERPROSES MENUJU NEXT LEVEL

SAHAM  PEMENANG : JSMR, SAHAM SUPER DEFENSIF Pola saham JSMR menuju NEXT LEVEL dan menjadikan PSYCHO RESIST 600 sebagai  NEW SUPORT hanya masalah waktu. Saham JSMR adalah pil...

EARNINGS CALENDER

Dow Jones mulai memasuki musim pelaporan LK Q3, dan dimulai dari AA (Alcoa Inc, produsen aluminium) pada hari selesa besok (9 Oktober 2012). 

panenrayabersama

Ekonomi - VoA

Liputan Ekonomi VOA

item