PEDULI

Peduli… Usianya lebih tua dua tahun dari saya. Rambut sudah memutih sebagian. Dia selalu menggunakan kopiah yang nampak kumuh. Setiap saya d...


Peduli…

Usianya lebih tua dua tahun dari saya. Rambut sudah memutih sebagian. Dia selalu menggunakan kopiah yang nampak kumuh. Setiap saya datang ke pangkalan ojek dia sudah lebih dulu tersenyum. Sebetulnya saya takut naik ojeknya. Karena motornya sudah engga sehat dioperasikan. shockbreaker nya sudah engga flexible lagi. Joknya kumuh. Perasaan saya tidak nyaman kalau naik motornya. Namun senyumnya membuat saya luluh untuk memilih dia diantara tukang ojek lain yang mangkal. 

Ok, saya harus ambil resiko tidak nyaman demi empati saya. Tapi saya merasa terganggu. Lantas apa yang salah ? Apakah saya harus realistis memilih ojek yang bagus? ataukah terus terjebak dengan empati tapi harus menerima tidak nyaman. Ada keingingan saya menegurnya agar memperbaiki motornya namun lagi lagi empati saya tidak sanggup bertanya. Saya yakin dia bukan orang bodoh yang membiarkan keadaan motornya tidak layak  jalan. 

Saya pernah cerita ke istri saya soal tukang Ojek itu dengan sedikit keluhan. "Papa kan jagonya mikir dan cari solusi. Jangan hanya ngeluh" Katanya. Saya tersentak. Benar. Apa yang salah dengan saya?. Mengapa saya harus terjebak dengan masalah yang sebetulnya bukan masalah kalau saya mau sedikit saja berpikir. Akhirnya saya putuskan bahwa saya harus bersikap. 

Satu waktu saya naik ojek dia lagi. " Pak, antar saya ke bengkel motor" 
" Mau ngapain pak Haji"
" Antar ajalah" 
" Ya pak Haji..”

Sesampai bengkel motor saya turun dan bicara dengan tukang bengkel motor " Pak, itu motor bikin bagus seperti baru. Ganti yang harus diganti. " Kata saya menunjuk kearah motor tukang ojek itu. Tukang ojek itu bengong. Setelah menghitung berapa biaya, saya bayar tunai. " Pak selama motor diperbaiki, ini uang untuk belanja di rumah. Kata saya kepada tukang ojek. Nampak tukang ojek itu berlinang air mata.  Dan saya naik ojek lain untuk melanjutkan perjalanan saya ke ujung gang untuk naik taksi. 

Kadang begitu besar empati kita terhadap keadaan namun empati itu tidak menimbulkan solusi tapi keluhan panjang, bahkan menyalahkan keadaan. Padahal suka tidak suka, kita bagian dari solusi yang Tuhan ciptakan. Namun kita lupa bahwa ketika empati itu datang sebetulnya Tuhan sedang berdialog dengan kita agar berbuat sesuatu. Apapun itu, seharusnya kita berbuat walau itu kadang hanya berupa nasehat penyemangat hati.

Eryzeli Jely Bandaro
#inspirasi @sahampemenang

 


Related

Terkini 281074363549562728
Powered by Investing.com

TELEGRAM SAHAMPEMENANG

SAHAMPEMENANG PREMIUM

CNN Indonesia | Berita Ekonomi

Suara.com - Berita Terbaru Bisnis

Finansial - ANTARA News

okezone bisnis

Ekonomi - VoA

BUMN Untuk Indonesia - ANTARA News

Tempo Bisnis

Liputan Ekonomi VOA

Bursa - ANTARA News

Bisnis - ANTARA News

Ekonomi - ANTARA News

Berita Terkini - ANTARA News


item