kampus kehidupan

Dalam perjalanan Jumat pagi menuju Yogyakarta, kami tertahan kemacetan arus balik di sekitar Pabrik Roti Nissin Ungaran. Melihat gelagat kemacetan akan memakan waktu lama, saya mencoba mengambil jalur kiri dan masuk ke jalur alternatif, jalan yang belum pernah kami lalui. Anak2 kami bersenyam-senyum karena tahu papanya mencoba jalan baru dan mereka takut tersasar. Kesempatan tersebut tidak saya sia-siakan untuk menyampaikan pembelajaran sekaligus kuliah nyata lapangan kepada anak2 kami. Saya mencoba menyampaikan dengan bahasa mereka, bahwa dalam kehidupan ini terkadang kita dihadapkan pada pilihan. Menunggu dan menunggu halangan di depan kita hilang dan jalan menjadi lancar dengan sendirinya atau kita harus berani mengambil resiko mencari jalan keluar baru. Ya, memang setiap jalan baru selalu mengandung resiko baru, kita bisa tersasar atau ada gangguan lain di jalan yang sepi tersebut. Tapi, dalam kehidupan ini kita tidak boleh membiarkan diri dikejar-kejar rasa kuatir yang berlebihan. Resiko itu harus kita ambil kalau kita ingin bergerak maju, asal resiko itu terukur dengan akal sehat boleh kita lakukan. Terus, saya mengatakan bahwa kita tidak akan kesasar, karena kita akan mencari jalan formasi staples "[" atau sabit "(" dengan kedua formasi ini kita pasti akan melewati kemacetan dan keluar di jalan raya yang sama. Anak-anak tersenyum lebar karena rasa takut tersasarnya mulai tereliminir dengan perkataan papanya yang linear dengan akal sehat tersebut. Sahabat, kalau kita mau menyadarinya bahwa setiap saat dalam  perjalanan kehidupan ini adalah pembelajaran. Kampus terbaik itu adalah universitas kehidupan,  perpustakaan terlengkapnya adalah alam itu sendiri dengan segenap isi dan kejadiannya :-)