WILLIAM SOERYADJAYA & NOBLESSE OBLIGE
William Soeryadjaya Menunaikan noblesse oblige-nya Sesungguhnya manusia dikaruniai kebebasan ketika menghadapi persoalan ...
https://sahampemenang.blogspot.com/2016/01/william-soeryadjaya-menunaikan-noblesse_81.html
William Soeryadjaya
Menunaikan noblesse oblige-nya
Sesungguhnya manusia dikaruniai kebebasan ketika menghadapi persoalan : menutup mata berpura pura tak mengetahui, mendiamkan seraya berharap persoalan selesai dengan sendirinya, melarikan diri, atau menghadapinya dengan penuh tanggung jawab.
William Soeryadjaya adalah tipe yang terakhir.
Manakala prahara bisnis menghempasnya, lelaki yang menjadi yatim piatu sejak usia 12 tahun ini lebih memilih untuk tidak menghancurkan Astra yang dia lahirkan serta besarkan, sekaligus tidak merugikan pemegang saham minoritas.
Dia memilih melepaskan harta demi memenuhi kewajiban dan tidak mencederai hak-hak orang lain. Secara bisnis, William memang jatuh, rebah menempel bumi. Namun sejarah menyaksikan dan mencatat segenap tindakannya dengan tinta emas. William menunaikan apa yang disebut sebagai noblesse oblige-nya.
Man of Honor adalah kisah kehidupan, spirit dan kearifan seorang humanis, pebisnis, industrialis, dan nasionalis bernama William Soeryadjaya. Buku ini mengungkapkan value dan belief seorang entrepreneur yang membangun bisnis dengan penuh etika dan meletakkan kehormatan diri serta keluarga di atas segalanya.
Dengan membacanya, kita memetik keteladanan dari seseorang yang berdiri tegak di atas nilai serta prinsip yang dianutnya demi keinginan yang selalu dipegangnya menjadi berkat bagi sesama.
Dari buku, Man Of Honor, William Soeryadjaya
Catatan sahampemenang : pertanyaan sederhana, masih adakah panggilan akan tanggung jawab yang harus dibayar mahal itu (noblesse-oblige) dari anak bangsa ini dan diri kita sendiri ? Sebagian manusia saat ini telah menjadi srigala bagi manusia lainnya, yang kuat mengorbankan yang lemah. Noblesse-oblige, ha...apalah itu. Tetapi selalu diterbitkanNya matahari harapan, selalu ada yang terpilih dan tidak menggadai nurani, pak William Soeryadjaya salah satunya.