JANGAN RAGUKAN MASA DEPAN INDONESIA DAN IHSG

SENIN, 150914, INILAHCOM, Jakarta – Investor jangka panjang dinilai tak perlu menjual saham sedangkan semi-investasi bisa melakukanny...



SENIN, 150914, INILAHCOM, Jakarta – Investor jangka panjang dinilai tak perlu menjual saham sedangkan semi-investasi bisa melakukannya sebesar 50%. Untuk trader, ikuti saja arah pasar.
Sem Susilo, pengelola pembelajaran dan rekomendasi sahamwww.sahampemenang.blogspot.commengatakan hal itu kepada INILAHCOM. Dalam sepekan ke depan, dia memperkisarakan, support ekstrem IHSG berada di level 5.000 jika intermarket benar-benar mengalami koreksi secara massif.
Jika situasi intermarket normal, kalaupun koreksi paling ke support indeks di 5.100. “Di sisi lain, resistance IHSG berada di 5.250,” ujarnya.
Pada perdagangan Jumat (12/9/2014) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 10,678 poin (0,208%) ke posisi 5.143,711. Intraday tertinggi 5.156,973 dan terendah 5.127,728.
Volume perdagangan dan nilai total transaksi turun. Investor asing mencatatkan net sell dengan penurunan nilai transaksi beli dan kenaikan transaksi jual. Investor domestik mencatatkan net buy. Berikut ini rincian penjelasannya: 

1. Technical Rebound Saham Komoditas


Saya melihat, kenaikan IHSG 10,6 poin (0,20%) ke 5.143,7 akhir pekan lalu lebih karena faktor technical rebound pada saham-saham komoditas. Sebab, saham-saham tersebut, beberapa hari lalu terkoreksi cukup besar. Jadi, secara umum, IHSG masih dikatakan berada pada posisi wait and see.

2. IHSG Terkena Siklus September


Sesuai dengan siklus musiman pasar saham, bulan September memang seperti itu di mana indeks cenderung berkonsolidasi. Setelah masuk Oktober, beban pasar cenderung ringan dan lebih ringan lagi di November-Desember.
Dari sekian puluh tahun sejarah, saham-saham mulai direakumulasi pada Oktober. November-Desember sebagian besar saham bangkit untuk menyambut window dressing akhir 2014.

3. Tergantung Besaran Kenaikan Harga BBM


Dari sentimen dalam negeri, sudah tidak begitu ada masalah yang terlalu besar. Sebab, dari tim transisi Jokowi-JK sudah menyatakan, harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi
akan naik. Kemungkinan awal November 2014, harga BBM subsidi naik Rp1.000 per liter.
Artinya, jika naik Rp1.000, dampaknya tidak akan terlalu besar. Hanya saja, yang dikhawatirkan pasar adalah jika kenaikan tersebut mencapai Rp3.000-4.000 seperti era Pak JK yang membuat semua orang kaget. Jika Rp1.000 kenaikannya, pasar masih kompromi sehingga tidak terlalu berdampak. Jadi, IHSG dari sentimen domestik tidak bermasalah.  Dan saya yakin pemerintahan baru tidak akan mengambil keputusan yang gegabah. BBM kalaupun naik, diprediksi pada kisaran wajar yang dapat diterima oleh market

4. Mencermati Pasar Global


Sekarang, pasar lebih mencermati intermarket, yakni ke pasar global. Sebab, bagaimanapun kondisi Dow Jones Industrial Average (DJIA), sudah relatif tinggi sehingga pasar cenderung wait and see

5. Support dan Resistance IHSG


Dalam sepekan ke depan, support ekstrem IHSG di 5.000 jika intermarket benar-benar mengalami koreksi secara massif. Jika intermarket normal, kalaupun koreksi paling ke support indeks di 5.100. Di sisi lain, resistance IHSG berada di 5.250

6. Saran untuk Para Investor


Oleh karena itu, investor jangka panjang tidak perlu menjual saham. Sebab, bagaimanapun, perekonomian Indonesia akan bergerak maju karena tidak ada kendala-kendala yang terlalu besar. Apalagi, di era pemerintahan baru yang secara historis selalu positif pengaruhnya ke bursa saham.
Jual saham bagi investor jangka panjang, hanya  dilakukan saat ada indikasi krisis moneter. Untuk krisis, masih sangat jauh. Sebab, pertumbuhan ekonomi dunia masih di awal pertengahan. Jika sudah di akhir puncak, baru pasar boleh khawatir. Sekarang, di awal pertengahan, masih ada akhir pertengahan, lalu awal puncak dan akhir puncak. Karena itu, untuk krisis masih butuh beberapa tahun lagi.
Untuk semi-investasi, memang disarankan jual saham sebanyak 50% untuk cadangan averaging jika terjadi sesuatu di pasar. Untuk trader, trading pendek, ikuti saja arah pasar. Enggak usah pusing-pusing.

7. Tapering Off di AS versus QE di Eropa


Soal tapering di AS dan Quantitative Easing (QE) di Eropa, memberikan sentimen yang bertolak belakang. Eropa memberikan sentimen positif. AS memang dikhawatirkan akan memicu capital outflow dari Indonesia seiring rencana kenaikan suku bunga dan kelanjutan tapering off.

8. Pemerintahan Baru Magnet Capital Inflow


Namun demikian, saya melihat pemerintahan baru Jokowi-JK, di tengah kekhawatiran orang akan terjadinya capital outflow, saya justru melihat sebaliknya. Sebab, Indonesia bagaimanapun merupakan surga investasi.
Di era pemerintahan baru, semuanya akan lebih baik. Pemerintahan akan lebih bersih dan lebih cepat serta akan memperhatikan kepentingan semua pihak. Berbeda dengan pemerintahan sekarang yang lebih memperhatikan dirinya sendiri.

9. Saham Komoditas Bisa Diperhatikan


Untuk pilihan, saham-saham komoditas kalau mau diperhatikan, bervolatilitas sangat tinggi. Karena itu, jika mau trading saham-saham komoditas, harus benar-benar punya waktu untuk memonitornya. Jika tidak, jangan trading. Sebab, secara teknikal, saham-sahamnya sedang downtrend, dengan volatilitas (naik-turun) tinggi.
Di komoditas perkebunan, pilihan kita PT Salim Ivomas Pratama (SIMP) dan PT London Sumatera Plantation (LSIP) karena grup Salim. Jika dua saham ini sudah overbought, naik terlalu tinggi, terlalu ringkih, baru pilih saham PT Astra Agro Lestari (AALI) dari grup Astra yang cukup baik.
Di komoditas tambang, kita tetap merekomendasikan saham-saham tambang BUMN. Untuk batubara, PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Nikel, pilih PT Aneka Tambang (ANTM). Hanya saja, ANTM lebih berorientasi investasi jangka panjang. Sebab, smelter-nya baru jadi pada 2015.
Jika ANTM mengalami koreksi yang massif, tampung tapi panennya satu tahun lagi setelah smelternya jadi. Dari sisi perusahaan, ANTM sangat sehat. Hanya saja, untuk saat ini, emiten terganggu karena ada mineral yang tidak bisa diekspor. Lalu, PT Timah (TINS).
Clue-nya, perhatikan jika harga komoditas menguat dan jika rupiah melemah, karena emiten komoditas diuntungkan oleh pelemahan rupiah. Keadaan itu jadi sentimen positif bagi mereka. Hanya saja, tren harga komoditas masih menurun sehingga bagi yang mau trading saham komoditas harus dengan monitoring yang ketat. Jangan seperti kasus PT Vale Indonesia (INCO), dalam tempo singkat terkoreksi 6%.

10. Saham Konstruksi Aman dan Menjanjikan


Kalau mau agak santai, terus terang saya masih menjagokan saham-saham konstruksi BUMN. Sebab, saham-saham ini yang aman dan menjanjikan propesk. Pemerintahan Jokowi-JK akan besar-besaran membangun infrastruktur.
Yang kelimpahan pertama kali adalah emiten karya BUMN seperti PT Wijaya Karya (WIKA), PT Adhi Karya (ADHI), PT Waskita Karya (WSKT), PT Pembangunan Perumahan (PTPP), dan PT Wijaya Karya Beton (WTON).
Jika intermarket dan rupiah menguat, saatnya masuk pada saham-saham konstruksi. Jadi, intermarket dan rupiah jadi kuncinya untuk aman masuk di konstruksi. Dari lima itu, sama baiknya, tinggal pilih mana yang paling tertinggal. Yang sudah naik, jangan dikejar. Jadi, kita bermain di dua kaki (komoditas dan konstruksi), kiri kanan oke.



Related

Analisa Sahampemenang 8390420252603243287
Powered by Investing.com

TELEGRAM SAHAMPEMENANG

SAHAMPEMENANG PREMIUM

CNN Indonesia | Berita Ekonomi

Suara.com - Berita Terbaru Bisnis

Finansial - ANTARA News

okezone bisnis

Ekonomi - VoA

BUMN Untuk Indonesia - ANTARA News

Tempo Bisnis

Liputan Ekonomi VOA

Bursa - ANTARA News

Bisnis - ANTARA News

Ekonomi - ANTARA News

Berita Terkini - ANTARA News


item