IHSG AKHIR TAHUN 2011

JAKARTA (IFT) - Dalam sesi perdagangan menuju libur akhir tahun, IHSG masih dapat melanjutkan penguatan pekan ini. Aksi window dressing ol...


JAKARTA (IFT) - Dalam sesi perdagangan menuju libur akhir tahun, IHSG masih dapat melanjutkan penguatan pekan ini. Aksi window dressing oleh manajer investasi dapat mendorong penguatan IHSG.


Data-data ekonomi Amerika Serikat akan menjadi perhatian utama pelaku pasar pekan ini, setelah dalam 3 pekan terakhir rilis data menunjukkan ekonomi Amerika menuju ke dalam suatu proses pemulihan yang lebih kuat. Pada Jumat (23/12) pesanan barang tahan lama, indikasi belanja modal perusahaan, dilaporkan meningkat 3,8% pada bulan November, jauh diatas ekspektasi pasar.
Pekan ini di Amerika Serikat akan ada rilis data Case Shiller 20 City Index, indeks yang mencerminkan ...>>>
perkembangan harga rumah. Selain itu, terdapat rilis data keyakinan konsumen bulan Desember yang akan memberi indikasi mengenai pola konsumsi masyarakat Amerika kedepannya.


Juga terdapat rilis data klaim tunjangan pengangguran untuk minggu yang berakhir pada 24 Desember, dimana dalam beberapa pekan terakhir klaim terus menunjukkan penurunan. Data penting lainnya adalah cadangan minyak Amerika untuk pekan yang berakhir pada 24 Desember. Terakhir, cadangan minyak Amerika turun secara signifikan, mengindikasikan aktivitas ekonomi yang meningkat, yang kemudian mendorong kenaikan harga minyak dunia.


Perkembangan krisis utang Uni Eropa masih dapat menjadi penahan laju kenaikan IHSG. Dalam laporan terbaru, Moody’s pada Kamis (22/12) men-downgrade rating utang Slovenia, negara euro yang memiliki rasio defisit terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 5,6% pada 2010 dengan rasio utang masih relatif terkendali sebesar 38% dari PDB, sebanyak 1 tingkat ke level A1. Moody’s menilai dibutuhkannya dukungan pemerintah Slovenia untuk mendukung sistem perbankan negara tersebut akibat krisis utang.


Revisi pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat oleh negara-negara besar juga dapat memicu kehati-hatian investor di Bursa Efek Indonesia untuk melakukan aksi beli secara agresif. Jepang baru saja menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan, dari 2,7-2,9% menjadi hanya 2,2%. Sementara ekonomi tahun ini diestimasi hanya akan tumbuh sebesar 0,1%, dibandingkan dengan estimasi sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 0,5%.


Kabinet Jepang pada Sabtu (24/12) telah menyetujui anggaran belanja senilai 90,3 triliun yen untuk tahun 2012. Jepang, negara dengan tingkat utang mencapai 2 kali dari nilai output tahunan, melakukan penghematan belanja langsung sebesar 3,6% tahun depan. Penghematan tahun depan merupakan penghematan pertama kalinya dalam 6 tahun, setelah pembiayaan yang besar tahun ini akibat Tsunami pada Maret.


Selain finalisasi anggaran tahun depan, Jepang juga dalam rencana dengan partner dagang utama, China, untuk tidak menggunakan dolar Amerika serikat dalam transaksi perdagangan kedua negara. Dalam rencana Jepang dan China akan langsung saling mengkonversi kedua mata uang sebagai langkah efisiensi transaksi  serta mendorong perdagangan bilateral.


Pemimpin kedua negara juga setuju agar Japan Bank for International Cooperation untuk menerbitkan obligasi berdenominasi yuan di China tahun depan. Disisi lain, Pemerintah Jepang akan membeli surat utang Pemerintah China.


Kesepakatan Jepang dan China dapat mempengaruhi strategi portofolio investor global dalam jangka menengah, menurut Departemen Riset IFT. Permintaan akan dolar Amerika Serikat akan lebih kecil untuk transaksi perdagangan China dan Jepang yang memiliki nilai ouput terbesar ke-2 dan ke-3 di dunia; kemudian permintaan mata uang yuan dan yen dapat menjadi lebih tinggi. Pembelian obligasi China oleh Pemerintah Jepang juga berpotensi diikuti oleh institusi investasi global.

Related

Berita Saham Online 1669763019603787026
Powered by Investing.com

TELEGRAM SAHAMPEMENANG

SAHAMPEMENANG PREMIUM

CNN Indonesia | Berita Ekonomi

Finansial - ANTARA News

panenrayabersama

okezone bisnis

Ekonomi - VoA

BUMN Untuk Indonesia - ANTARA News

Tempo Bisnis

Liputan Ekonomi VOA

Bursa - ANTARA News

Bisnis - ANTARA News

Ekonomi - ANTARA News

Berita Terkini - ANTARA News

Tempo Berita Nasional

item